Lembayung senja membawa Sang Raja kembali ke peraduannya
Aku duduk di tepi tebing sembari memandang ujung samudera
Sepi, sendiri, menepi
Kau datang menawarkan tawa
Membawa senyum tulus yang hilang dari bibirku sejak lama
Candamu, polos tawamu membuat duniaku kembali berwarna
Aku tak tahu, semua ini apa namanya
Dan memang tak perlu tahu kurasa
Waktu tak pernah berjalan mundur
Bukan soal seberapa sering kita berjumpa,
tapi seberapa sering kita membekukannya
Dan akan selalu melekat dalam kepala
Hidup cuma sekali
Jalani yang membuatmu bahagia sebelum mati
Aku akan tetap menjadi aku
Bisa saja menjadi kita pada suatu waktu
Lepaskanlah,
Biarlah Tuhan kita yang melabuhkan segalanya
Bukankah kapal yang berlayar di lautan juga karena kuasa-Nya?
Bogor, 22 November 2014
Hidayatul Fajri
Selatan Jakarta Selepas Hujan
Kali ini aku berbicara lebih banyak padanya. Lebih dalam
Ada yang berbeda
Ada yang berbeda
Kulihat sisa hujan masih bergelayut mesra di dahan cemara
Tenang, begitu nyaman di hati
Tak seperti yang mereka bilang
Tenang, begitu nyaman di hati
Tak seperti yang mereka bilang
Aku memahami lebih dalam
Tentang hidup yang hanya berbicara soal perpindahan, dari satu ke lain masa, dari satu ke lain peran
Dari aku menjadi kami
Tentang hidup yang hanya berbicara soal perpindahan, dari satu ke lain masa, dari satu ke lain peran
Dari aku menjadi kami
Tuhan sungguh anggun, mencipta hujan bersama angin
Membawa kedamaian melebihi batas kata
Membawa kedamaian melebihi batas kata
Selatan Jakarta selepas hujan
Aroma daun basah masuk jauh ke dalam kepala
Damai, seperti bidadari memeluk jiwa
03 Desember 2014
Hidayatul Fajri
Aroma daun basah masuk jauh ke dalam kepala
Damai, seperti bidadari memeluk jiwa
03 Desember 2014
Hidayatul Fajri
Langganan:
Postingan (Atom)