"Merdeka!"
Itulah kata terakhir dalam pidato kenegaraan pertama Jokowi usai dilantik sebagai presiden RI ke-7. Senin, 20 Oktober 2014 adalah hari yang sangat berbeda. Indonesia bergembira. Warga ibukota yang paling merasakannya. Sebab, pada hari itu seorang tukang kayu asal Solo dikukuhkan menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Joko Widodo, atau yang akrab disapa Jokowi adalah tokoh yang paling disorot media paling tidak dalam tiga tahun terakhir. Pasalnya, karir politik tokoh yang satu ini sangat cepat. Pada 2011 ia masih menjadi Walikota Solo. Setahun kemudian bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ia ikut bersaing dalam bursam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Saat itu ia mengalahkan empat pasang kandidat lain termasuk calon petahana Fauzi Bowo.
Jokowi melakukan beberapa terobosan saat ia menjabat Gubernur DKI. Salah satunya merelokasi pedagang kaki lima Pasar Tanah Abang. Efeknya, kawasan Tanah Abang yang sebelumnya terkesan semerawut jadi lebih rapih. Selain itu ia juga mengeluarkan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Ia juga membangun beberapa rumah susun untuk warga yang terkena gusuran lahan negara.
Pada 2014, oleh PDIP Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) diusung sebagai calon presiden dan wakil presiden. Suatu langkah yang cerdas menurutku. Pasalnya, walaupun PDIP memenangkan suara nasional pada pemilu legislatif 2014, pamor Megawati Soekarnoputri sudah turun.
Adalah Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa satu-satunya pasangan lain yang mengajukan diri sebagai calon presiden dam wakil presiden. Pasangan ini didukung oleh Partai Gerindra yang didirikan Prabowo dan beberapa partai lain yang menamakan diri sebagai Koalisi Merah Putih (KMP).
Sementara itu, di kubu lain Jokowi-JK sudah menggadang-gadang akan membuat koalisi ramping, koalisi tanpa syarat. Akibatnya, lebih banyak partai politik yang berlabuh pada kubu Prabowo.
Fitnah, intimidasi dan cercaan mewarnai masa kampanye. Para pendukung Prabowo menggunakan sensitifitas agama untuk menyerang Jokowi. Akibatnya, banyak para tokoh muslim beramai-ramai mendukung Prabowo. Mereka berpendapat, jika Jokowi menang maka Ahok yang beragama Nasrani akan naik sebagai Gubernur DKI. Menurt mereka hal itu bertentangan dengan ajaran Islam.
Aku melihat hal lain saat itu. Hal yang tidak biasa. Pasalnya banyak sekali relawan yang mendukung Jokowi-JK. Mulai dari kalangan artis, pejabat, pengusaha dan rakyat jelata. Mereka beramai-ramai membuat kampanye kreatif untuk mendukung Jokowi-JK.
Pada Rabu, 9 Juli 2014, rakyat Indonesia melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden. Berdasarkan hasil hitung cepat beberapa lembaga survey, Jokowi-JK dinyatakan sebagai pemenang. Sebagian lagi menyatakan hasil sebaliknya.
Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Selasa, 22 Juli 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil resmi Pilpres 2014. Jokowi-JK dinyatakan sebagai pemenang. Kubu Prabowo-Hatta yang menuding terdapat kecurangan dalam proses pemilu, mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Akhirnya, sebulan kemudian pada Kamis, 21 Agustus 2014, MK mengumumkan bahwa seluruh gugatan tim Prabowo-Hatta ditolak. Artinya, Jokowi-JK resmi dinyatakan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.
Pelantikan
Pagi itu semua warga ibukota yang bekerja di sekitar Jalan Soedirman-Thamrin berangkat lebih pagi. Pasalnya kedua jalan protokol tersebut akan ditutup untuk mengarak Jokowi-JK dari Gedung MPR/DPR ke Istana Merdeka.
Aku memilih untuk berangkat lebih siang karena akses jalan menuju kantorku tidak terkena penutupan. Aku berniat menyaksikan pelantikan presiden dan wakil presiden dari rumah saja.
Sekitar pukul 09:30 WIB, iring-iringan mobil Jokowi-JK memasuki kompleks Gedung MPR/DPR. Sebelumnya Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono sudah tiba lebih dulu di gedug parlemen tersebut. Juga tampak hadir Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Tepat pukul 10:00 WIB, ketua MPR Zulkifli Hasan membuka sidang paripurna perdana MPR periode 2014-2019. Akhirnya, sekitar pukul 10:30 WIB dengan mengucap sumpah secara bergantian di bawah al-Quran, Joko Widodo dilantik sebagai presiden ke-7 Republik Indonesia dan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden ke-12.
Usai dilantik, Jokowi membawakan pidato pertamanya sebagai presiden di depan hadirin. Pidato tersebut penuh dengan semangat perubahan. Dalam pidatonya, ia menyebut nelayan, tukang bakso, dan sopir adalah elemen bangsa yang harua ikut bersama-sama memajukan negeri tercinta. Pidato yang istimewa. Pertama kali dalam sejarah, tukang bakso dibawa-bawa dalam pidato kenegaraan.
Dalam pidatonya, Jokowi juga menyebut Prabowo dan Hatta Rajasa sebagai sahabatnya. Suatu teladan yang sangat penting bagi persatuan bangsa.
Setelah itu, SBY-Boediono terlebih dahulu meninggalkan gedung parlemen menuju Istana untuk menyambut Jokowi-JK. Tak lama kemudian, dengan kawalan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Grup A, iring-iringan kendaraan Jokowi-JK meninggalkan Gedung MPR/DPR menuju Bundaran HI. Di sana sudah banyak massa berkumpul untuk menyambut sang presiden.
Dari Bundaran HI, Jokowi-JK bergerak menuju istana menggunakan kereta kencana yang didatangkan langsung dari Kesultanan Surakarta. Suasana sangat riuh. Baru kali ini aku melihat antusiasme rakyat yang luar biasa. Begitu banyak harapan disandarkan di pundak Jokowi-JK.
Tak lama kemudian Jokowi-JK tiba di istana. Upacara militer menyambut kedatangan pemimpin baru. Hal tersebut juga merupakan yang pertama dalam sejarah republik ini. Paspampres juga mengizinkan masyarakat masuk ke halaman istana. Saat itu sangat terasa kesan bahwa Istana Merdeka adalah rumah bersama.
Usai berkeliling istana dan memberikan sambutan kepada petugas bagian rumah tangga istana beserta staf kepresidenan, Jokowi melakukan video conference perwakilan masyarakat di delapan kota.
Banyak candaan yang dilontarkan Jokowi saat itu. Bahkan presiden penggemar musik rock itu memberikan sepeda kepada salah satu siswa Sekolah Dasar Sentani, Antoni Komujejau karena berhasil mengucapkan isi Pancasila.
Suasananya sangat cair, santai. Jokowi hanya mengenakan kemeja putih. Usai video conference, Jokowi ber-selfie ria bersama para relawan. Sungguh momen yang langka. Sejarah manis bangsa.
Konser Salam 3 Jari
Usai sholat maghrib, Mas Dedi, salah seorang rekan kerjaku bilang mau datang ke Konser Salam 3 Jari di Lapangan Monas. Tanpa berpikir panjang, aku langsung nebeng.
Setibanya kami di sana, Presiden Jokowi sudah selesai memberikan pidatonya. Kami telat. Saat itu konser sudah dilanjutkan.
Suasana malam itu sangat riuh. Aku sampai berdesakan untuk masuk ke area konser. Untungnya aku dan Mas Dedi mengenakan kartu pengenal kru televisi, jadi agak diberi kelonggaran. Hehe.
Jujur, aku baru pernah melihat sambutan rakyat semeriah itu. Biasanya usai pelantikan presiden-presiden sebelumnya cuma ada acara ramah tamah di istana.
Para pengisi konser tersebut melakukannya dengan sukarela alias tidak dibayar. Gila. Mereka antara lain Slank, Wong Pitu, Jflow, Vidi Aldiano, Kikan Namara, Nidji dan Gigi. Namun Gigi batal tampil karena saat ibunda Dewa Budjana, gitaris Gigi, wafat.
Tak tanggung-tanggung, band rock asal Inggris, Arkarna juga memeriahkan perhelatan itu.
Awalnya aku menunggu Slank tampil, tapi karena Mas Dedi sedang kurang sehat jadilah kami pulang lebih awal.
Malam itu sungguh berkesan bagiku. Aku benar-benar telah menjadi saksi sejarah bangsa. Pemimpin yang berasal dari masyarakat biasa, bukan aparat apalagi aristokrat.
Ini semua akan menjadi bahan ceritaku kelak pada anak cucu, bahwa siapapun bisa menjadi orang hebat. Asal mau berkorban demi kepentingan orang banyak.
Hidayatul Fajri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar