Jalan Yuk, Bro! (Bandung Part 3)

Bukit Moko

Kontur yang berbukit-bukit membuat Bandung memiliki banyak tempat menarik untuk menikmati pemandangan lampu kota saat malam hari. Salah satunya adalah Bukit Moko. Tempat ini dianggap sebagai salah satu tempat romantis di Bandung, makanya tak heran jika di Moko banyak dijumpai muda-mudi yang sedang pacaran.

Bukit Moko terletak di ketinggian 1500 mdpl dan merupakan titik tertinggi di Bandung. Puncak tertinggi di Moko disebut Puncak Bintang. Pengunjung cukup membayar tiket Rp. 8 ribu untuk menikmati pemandangan dari Puncak Bintang.

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 19:00 WIB

Setelah sholat maghrib di Masjid Daarut Tauhid, kami mendengarkan ceramah yang disampaikan langsung oleh K.H. Abdullah Gymnastyar (Aa’ Gym). Aku merasakan suasana senja itu sangat syahdu. Mulai dari bacaan imam sholat yang mampu menguras air mata, sampai wejangan Aa’ Gym yang menusuk jauh ke dalam jiwa. Damai sekali rasanya. Ternyata benar, saat pikiran dikosongkan dan hanya tertaut pada-Nya, semua terasa lapang, mudah, dan tenang. Maha Suci Allah.

Tanpa membuang waktu, setelah ceramah usai kami langsung bergegas menuju Bukit Moko. Tapi, Afri yang penasaran sekali dengan rasa Bebek Borromeus, meminta untuk makan malam terlebih dahulu di warung tenda yang berlokasi di samping RS Santo Borromeus itu. Tapi sayang, Bebek Borromeus tidak buka malam itu. Menurut informasi pedagang lain, warung tenda itu mengalami musibah kebakaran pada sore harinya. “Apes deh, emang gue belom ditakdirin makan nih bebek,” kata Afri dongkol. Kami hanya cekikikan menahan tawa.

Kami langsung tancap gas menuju Bukit Moko. Karena lelah sekali, sepanjang perjalanan aku tidur. Sekitar pukul 21:00 WIB, akhirnya kami sampai di lokasi. Udara cukup dingin malam itu. Cuaca juga agak berkabut, sehingga pemandangan lampu kota tidak seterang di foto-foto yang biasa kulihat.

Pemandangan Kota Bandung dari Puncak Bintang
Sejenak kami menikmati suasana malam Bandung yang syahdu. Sepi, udara dingin, dan kerlip lampu kota mampu membuat hati dan pikiran tentram. Romantis sekali.

Bahagia itu memang sederhana
Bukan kemana kita melangkah,
tapi bersama siapa kita melewatinya

Kiri ke kanan: Fajri (penulis), Tia, Reza, Sigit, Afri, Iis dan Adit
Sekitar pukul 22:00 WIB, kami kembali turun ke parkiran. Sudah malam, kami harus segera kembali ke penginapan karena esok pagi petualangan lain sudah menanti. Terimakasih Bandung, untuk malam indahmu!

Lanjut ke Bandung Part 4 ...

Tidak ada komentar: