Tebing
Keraton
Libur panjang memang sayang sekali jika cuma dilewatkan
dengan tidur-tiduran di kamar. Untuk mengisi waktu luang, kebanyakan orang
memilih ke mall atau tempat-tempat hiburan lain. Tapi karena aku setiap hari ke
mall (kantor menyatu dengan mall), aku lebih memilih datang ke tempat-tempat
wisata alam, menikmati kemegahan ciptaan Tuhan. Tempat indah yang kali ini kudatangi: Tebing Keraton.
Tebing Keraton adalah sebuah tebing yang terletak di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung, Jawa Barat. Tebing ini masih termasuk dalam Patahan Lembang. Untuk menuju ke Tebing Keraton, dari Bandung cukup menuju ke arah Dago Pakar, lalu masuk akses jalan ke Taman Hutan Raya.
Sabtu, 21 Februari
2015
Bersama enam teman lain, aku berkesempatan menikmati
megahnya Tebing Keraton. Kami berangkat Jumat malam menuju Bandung. Di tengah
perjalanan, kami istirahat sejenak di Cianjur untuk menikmati hangatnya bubur
ayam khas kota tersebut. Tak lama setelah itu, kami tiba di Bandung.
Aku, Adit, Reza, Afri, Sigit, Iis (istrinya Adit), dan Tia
(pacarnya Reza) langsung mencari masjid untuk bersiap-siap sholat subuh. Adit
yang menyupiri kami langsung mengarahkan mobil menuju Masjid Raya Bandung.
Kiri ke kanan: Adit, Iis, Tia, Reza, Sigit, Fajri (penulis) dan Afri |
Saat
itu sekitar pukul 03:30 WIB, belum subuh. Aku langsung mengeluarkan kamera dan memotret di sekitaran masjid yang belakangan tersohor karena direnovasi
besar-besaran oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Salah satu yang menarik dari
masjid ini adalah Alun-Alun Bandung seluas 4.000 meter persegi yang berada
persis di depannya, kini ditutupi oleh rumput sintetis. Walaupun sempat
menimbulkan kontroversi karena dianggap mengurangi ruang hijau, tempat ini
sekarang malah menjadi favorit warga Bandung untuk bersantai.
Alun-Alun Bandung |
Usai sholat subuh kami langsung menuju Tebing Keraton.
Setelah memarkir mobil, kami mendaki sekitar 1 km untuk menuju lokasi. Kami menertawakan Reza yang tidak kuat berjalan karena badannya lumayan gemuk. Hehe. Sesampainya di gerbang tebing, kami membayar tiket masuk Rp. 11 ribu. Cukup
murah jika dibandingkan dengan pemandangan yang disajikan. Tak sampai lima
menit berjalan kaki dari gerbang, kami sudah tiba di atas tebing. Saat itu
sekitar pukul 06:00 WIB.
“Wooowww,” adalah kata-kata yang keluar dari bibirku saat
melihat Taman Hutan Raya dari atas tebing. Kombinasi hutan pinus dengan kabut
yang masih menyelimutinya merupakan pemandangan yang luar biasa menakjubkan.
Pagi itu kondisinya sangat ramai. Semua orang sibuk berfoto.
Awalnya kami semua berniat foto di ujung tebing. Tapi setelah melihat kondisi
medannya yang cukup membuat jantung berdegup, hanya aku yang melakukannya.
Teman-temanku mengurungkan niatnya karena untuk berfoto di ujung tebing pengunjung harus berdiri di sebuah batu dengan ketinggian ratusan meter dari dasar tebing. Tapi demi mendapatkan foto yang epic, aku memberanikan diri berdiri di batu tersebut.
Rasanya seperti terbang. Sesekali angin dingin membelai
anak-anak rambut, damai sekali. Tapi saat aku melihat ke bawah, ulu hatiku
terasa ngilu. Langsung kukembalikan pandanganku ke cakrawala. Afri menjadi
fotograferku saat itu, sedangkan Sigit cukup jadi supporter. Kerjasama yang sangat baik. Hehe…
Tebing Keraton
|
Setelah beberapa kali pose, aku kembali naik ke atas tebing.
Adit, Reza, Iis dan Tia ternyata sudah lebih dulu turun ke parkiran. Setelah
istirahat sebentar, kami menyusul. Seperti biasanya, perjalanan turun selalu
lebih cepat. Sekitar pukul 08:00 WIB kami berangkat menuju penginapan Pondok
Arimba di kawasan Gegerkalong untuk check
in, bersih-bersih dan bersiap-siap untuk perjalanan selanjutnya.
Pagi yang menakjubkan di Parisnya Jawa.
Pagi yang menakjubkan di Parisnya Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar